Daftar Blog Saya

Laman

Jumat, 22 Juli 2011

MENJADI MANAJER HANDAL DI KANDANG BREEDING

MENJADI MANAJER HANDAL DI KANDANG BREEDING
Breeding perlu management? Bukankah asal burung dikasih makan cukup, produksi dan anakan terjual dengan harga pantas masalah sudah selesai. Bukankah asal si peternak tidak lagi nombok buat perawatan sehari-hari berarti aktivitas breeding sudah untung dan berarti breeding sudah bisa dikatakan sukses?
       Jawaban di atas mungkin saja benar, dank arena itu juga menjadi bagian dari aktivitas breeding bagi kebanyakan peternak burung berkicau di tanah air. Jarang yang benar-benar menerapkan pola manajemen modern, melakukan pencatatan dengan teliti setiap ada masalah misalnya, mencatat mencatat semua penjualan berikut siapa dan dimana konsumenya, juga punya catatan/recording yang rapi dan lengkap tentang seluruh piyikanya ( no ring, tanggal lahir, kandang, indukan, silsilah dan informasi yang diperlukan).

       Breeding pemula atau awalnya biasanya juga masih terlalu terbayang akan keuntungan yang akan didapat bila usahanya berhasil. Secara matematis, breeding memang memberikan margin keuntungan yang besar. Namun para calon breeder biasanya kurang memperhitungkan factor resiko, yang juga tak kalah besar dibandingkan dengan potensi keuntungan yang bakal diraih.
       Sesungguhnya managemen resiko semestinya digaris depan untuk dipelajari dengan seksama sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia breeding. Kecuali bila maksud dari membreeding memang lebih sebagai bagian dari hobi, dan belum mengarah pada kegiatan bisnis.

       Agus Gamping, salah satu peternak yang sudah menerapkan manajemen modern dalam breeding mengungkapkan, bahwa para peternak apalagi calon peternak sejak awal harus menyadari, bahwa sejujurnya breeding itu tidak semudah teorinya. “Banyak sekali masalah dan kendala yang sangat khas, yang tiap pasangan akan akan mengalami masalah berbeda, dan dibutuhkan pendekatan berbeda pula untuk mengatasi atau mencari solusinya.”
       Potensi kegagalan harus dihitung dari awal. Misalnya, jangan menghitung bahwa semua indukan akan berproduksi dengan lancer sepanjang tahun dan rutin dalam periodesasinya. “Hitungan saya, kalau kita sudah bisa produksi lancer rata-rata 30% dari total indukan itu sudah bagus. Bila dalam setahun atau lebih, kita punya sepuluh pasang indukan dan rata-rata dalam satu periode (misalkan rata-rata perbulan) 3 pasang diantaranya produksi, itu sudah sangat bagus. Sebab setiap pasng indukan punya masalah sendiri sehingga ada waktu istirahatnya, misalnya mabung selama beberapa bulan.”
       Perlu manajemen dalam breeding juga sangat diakui Heri GAT dari Salatiga. Baginya, mengurus breeding itu tak beda dengan mengurus perusahaan. Kalau dikerjakan dengan system yang baik akan berkembang. Sebaliknya, kalau asal-asalan pasti akan berantakan di tengah jaln. Berbekal pengalaman sebagai bankir di salah satu bank pemerintah ternama, Heri berusaha menerapkan ilmu manajemen yang diketahuinya dalam melakukan usaha breeding. Dengan pasti, breeding Anis Kembang yang dikelolanya pun terus berkembang.

       Heri tak hanya sekedar bisa membuat breedingnya cukup produktif, tapi juga bisa menghasilkan anakan anis kembang yang berkualitas, sehingga banyak dicari, tentu harganya juga relative lebih tinggi daripada yang asal anakan anis kembang. “Sekarang prioritas memang mengarah pada seleksi indukan untuk meningkatkan kuaalitas, bukan pada kuantitas.”
       Membangun sebuah breeding dalam pengertian fisik itu mudah, tapi merawat supaya tetap berjalan dan kemudian berproduksi, itu yang tidak gampang. Kandang penangkaran, juga indukan (bila perlu bedol kandang) bisa dengan mudah dilakukan oleh mereka yang punya uang. Namun banyak kasus di tempat yang baru itu ( dengan bangunan yang didesain modern, dengan pendekatan alami dan dianggap cocok serta nyaman buat si burung) selama tahunan tidak menghasilkan apa-apa, akhirnya si breeder pun jenuh dan akhirnya terbengkalai.

Dikerjakan Sendiri VS Pakai Pegawai  
       Mana yang lebih bagus, semua ditangani sendiri atau perlu mengangkat pegawai untuk mengerjakan semua hal-hal yang sifatnya teknis dan sudah ada petunjuk pelaksanaanya, sebagian peternak ,memilih untuk mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
       Sebagai contoh, misalnya Yanto Cucakrowo Sleman bahkan juga Andri Kotagede. Namun, ada pula yang memilih menyerahkan hamper semua aktivitas teknis kepada pegawainya, misalnya Ir. Agus Gamping. “Kita keluar biaya lebih, namun waktu kita lebih efektif sebab kita bisa melakukan pekerjaan lain yang hasilnya jauh lebih besar dari ongkos yang kita keluarkan untuk membayar pegawai. Kita juga masih bisa pergi-pergi bila ada keperluan sampai beberapa hari lamanya tanpa takut atau khawatir, sebab semua urusan teknis sudah ada yang mengerjakan secara professional.”
       Bila ada kasus-kasus baru yang dianggap urgen, barulah pegawai akan menghubungi bosnya untuk konsultasi sebelum sampai eksekusi kegiatan. Namun untuk aktivitas rutin, semuanya sudah ada petunjuk dan standar operasionalnya.
       Heri pun menerapkan hal yang relative sama dengan apa yang dilakukan oleh Agus. “Saya tak mungkin melakukan segalanya sendiri, sebab pagi saya harus berangkat ke kantor, sore kadang malam baru pulang. Jadi mesti ada pendelegasian. Dalam kasus saya, untuk urusan breeding kemudian ditangani atau dibantu oleh istri dan anak-anak”.
       Kini, isteri dan anak-anak Heri GAT memang sudah sangat paham bagaimana merawat dan menjaga burung breeding. Mulai merawat kandang, merawat indukan, hingga merawat anakan  mulai saat meloloh hingga makan sendiri bahkan ketika burung ada masalah pun, relative bisa menangani. 


Pembukuan
       Manajeman breeding yang modern juga menuntut adanya pembukuan yang lengap dan rapi. Ada beberapa hal yang perlu dicatat. Buku dagang jelas mutlak, mencatat semua pengeluaran seperti pembelian pakan, obat-obatan, pembayaran tenaga dan lain-lain. Juga catatan pemasukan dan penjualan hingga data konsumen secara lengkap.
       Buku ini memungkinkan kita bisa tahu secara persis margin bulanan maupun secara keseluruhan bila digabungkan dengan pengeluaran awal atau investasi awal, mulai pembelian induk hingga pembuatan kandang.

       Catatan penjualan juga mencatat tanggal lahir, no ring, no kandang, data indukan yang bisa diperluas menjadi silsilah bila diperlukan. Kemudian kita bisa tahu anakan A dibeli oleh siapa, dan bila kita terus memantau, akan ketahuan juga apakah burung dari breeding kita melahirkan burung jawara.
       Heri GAT misalnya mempunyai catatan yang cukup lengkap tentang burung-burung yang keluar dari kandangnya. Ada yang moncer di tangan sendiri, yang sudah juara baik dari latberan sampai di lombabesar seperti Pasopati, Tower, Dewa, Matador dan Ganeca.
       Sekarang muncul lagi Maharaja, kariernya mulai menanjak, sudah menampakan tajinya dengan gaya ngerol mendongak menatap langit, bukaan paruhnya sobek ddan speed rapat, membawakan lagunya pun mantap. Kalau yang moncer di tangan orang lain sebut saja M Top, Kantil, Fitri, Narodo, Sundul Langit, Dewa Cinta dan masih banyak lagi yang belum terunut.
       Setiap masalah yang mincul juga harus dicatat, apakah burung sakit, sakitnya apa, apakah gejala wajar atau unik, sudah diberi solusi apa, sepertia apa hasilnya, mesti tercatat dengan baik. Dari catatn ini, kelak bisa menghasilkan kesimpulan. Apakah itu bisa berlaku untuk banyak ksus atau hanya untuk kasus tertentu saja.
Manajemen Mengembangkan Breeding
       Membangun breeding sebaiknya tidak langsung besar. Hal ini amat penting, sebab kita harus mengenali betul setiap individu calon indukan. Jadi semestinya tidak asal bangun kandang jumlah benyak dan kemudian mengisi dengan indukan.
       Belum tentu setiap indukan akan begitu saja langsung berproduksi, sebab masing-masing punya karakter dan maslah sendiri, bahkan ketika sebelumnya adalah indukan yang sudah jadi sekalipun.

       Yang benar adalah sedikit demi sedikit. Walaupun yang sedikit sudah berhasil, tidak boleh langsung emosi membangun langsung dalam jumlah besar. Indukan baru mesti benar-benar dipelajari betul. “Sekarang saya sudah paham pasangan indukan itu bakal jadi atau tidak. Itu perlu waktu. Faktanya, mencari indukan murai batu atau cucakrowo yang bagus, dalam pengertian mau jodoh dan berpotensi produksi juga tidak gampang, “terang Agus Gamping.

       Salah satu cara mudah untuk memahaminya adalah dengan melihat atau mengamati adaptasi si calon indukan dengan lingkungan baru. Demikian pula ketika masuk kandang besar, kalau sudah mau bunyi, ada harapan bahwa burung sudah merasa nyaman, dan peluang untuk jadi besar. Tapi kalau sampai berminggu-minggu  burung belum bisa beradaptasi, apalagi bunyi saja belum mau, menurut pengalaman saya peluang untuk jadi kecil. Kalau begini kejadianya, saya memilih untuk mencari calon indukan lain. Ini berlaku untuk jenis burung apa saja.
Manajemen Resiko
       Hal penting yang harus dihitung dengan seksama adalah menejemen resiko. Mau breeding jangan hanya membayangkan untung saja, tapi juga harus memperhitungkan resiko gagalnya. Ingat, burung adalah makhluk hidup, paling sial ya bisa mati.

       Risiko lain, tidak mau berproduksi dengan begitu banyak kemungkinan penyebab. Dalam kasus berhasil produksi pun, harus dihitung ada saatnya burung juga perlu istirahat produksi, yaitu pada saat mabung. Karena itu, perhitungan umum yang dianggap cukup valid adalah, bahwa produksi cukup lancer bila bisa produksi 25 – 30 % dari semua kemungkinan terbaik.
       Kalau punya satu pasang dengan kemungkinan terbaik bisa produksi 8-9 kali dalam satu tahun, kalu sudah bisa produksi normal 3 kali saja sudah cukup baik. Kalau kita punya 15 pasang burung, kalau dalam satu bulan atau lebih sedikit (misalnya periode 40 hari) 5 pasang di antaranya produksi normal, itu sudah baik.
       Setelah hasil penjualan dipotong dengn pengeluaran, bisa diartikan itu sebagai margin keuntungan alias laba. Untuk manajemen resiko, sebagian laba sebaiknya ditabung untuk berjaga-jaga atau untuk persiapan investasi baru. Misalnya jual anakan cucakrawa 4,5 juta, dikurangi ongkos 1,5 juta, masih ada laba 3 juta rupiah. Sebaiknya ada yang disisakan atau ditabung misalnya 1 juta khusus untuk menjaga resiko breeding. Jadi bila ada indukan mati, kandang rusak dan perlu renovasi, atau menghadapi masa-mas paceklik panjang burung berhenti produksi, kita masih punya dana cadangan entah untuk beli indukan baru, atau untuk biaya perawatan. Prinsip menyisihkan hasil untuk berjaga-jaga antara lain sudah diterapkan dengan baik oleh Agus Gamping dan Heri GAT.

Manajemen Kesehatan
       Breeding yang berhasil bila burung-burung selalu dalam keadaan sehat. Di sini pun sesungguhnya butuh manajemen. Misalnya, ruang karantina untuk burung-burung yang baru masuk. Jadi tidak sembarangan langsung dicampur dalam satu ruangan dengan burung lain yang sudah ada sebelumnya.
       Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, secara periodic memberikan semprotan disinfektan dll. Apa yang harus dilakukan di saat musim hujan, musim panas, juga musim pancaroba. Bila diperlukan, untuk menyusun manajemen kesehatan dengan baik ada perlunya berkonsultasi dengan dokter hewan.

Sumber: Tabloid Burung

2 komentar:

  1. http://omkicau.com/artikel-lengkap/alat-reproduksi/

    BalasHapus
  2. Ulasan yang bagus dan bermanfaat, terimakasih atas sharingnya.

    BalasHapus